Breaking News

Peran NU dalam Memajukan Pendidikan Papua

ilustrasi
PAPUA HEBAT -- Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua Barat Sukman menerangkan, dakwah adalah sesuatu yang sangat diperlukan sekali di wilayah Bumi Cenderawasih Papua mengingat Islam adalah minoritas di sana.

“Ini adalah daerah yang sangat membutuhkan dakwah,” katanya di sela-sela acara Penutupan Munas Alim Ulama dan Konbes NU di Nusa Tenggara Barat, Sabtu (25/11).

Ia berharap, dakwah NU di wilayah Papua Barat akan semakin masif sehingga memiliki dampak yang besar. Salah satu cara untuk mendakwahkan Islam Ahlussunnah wal Jama’ah Annahdliyah di sana adalah dengan melalui pendidikan.

Sukman mengaku sangat mendukung apabila Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendirikan perguruan tinggi NU di sana. Ia menuturkan, di Kabupaten Sorong ada tanah tiga hektar yang siap untuk dibangun di atasnya Universitas NU. Ia berharap, baik Pengurus Cabang Kabupaten Sorong ataupun PBNU merespon baik gagasan ini sehingga perguruan tinggi NU bisa segera berdiri di sana.

“Saya melihat di Kabupaten Sorong ada Universitas NU karena di situ daerah Islam transmigran,” jelasnya.

Ia mengunkapkan, semangat masyarakat Papua Barat untuk melanjutkan pendidikan ke universitas cukup tinggi. Ini juga menjadi argumentasi mengapa perguruan tinggi NU harus dibangun di Indonesia bagian timur tersebut.

Selain itu, ia juga berharap, PBNU memberikan perhatian lebih kepada pengurus wilayah, terutama di wilayah dimana Islam menjadi minoritas, sehingga pengurus wilayah tersebut merasa mendapatkan dukungan dan memperoleh semangat untuk menjalankan program-programnya. (sumber)

PWNU Papua Barat Butuh Dai Tangguh

Perkembangan Nahdlatul Ulama (NU) di wilayah Papua Barat tergolong semakin berkembang dibanding jauh sebelumnya. Kini sudah banyak warga yang mengikuti ajaran Nahdlatul Ulma. Namun di balik pertumbuhan itu, sangat dibutuhkan seorang Da'i yang militan, untuk menguatkan faham Aswaja disana.

Menurut Ketua PWNU Papua Barat, Syahruddin Makki, tambahan Da'i yang militan dan bekerja keras untuk mendampingi warga NU itu sudah menjadi kebutuhan utama yang harus dipenuhi oleh PBNU yang baru nantinya. "Kami minta tambahan Da'i ke PBNU yang baru nantinya. Karena yang ada belum mencukupi," katanya, saat jumpa pers di Media Center Muktamar NU, Selasa (4/8/2015).

Tujuan penambahan Da'i itu jelas kiai Syahruddin, untuk mencukupi wilayah yang selama belum ada seorang Da'i yang diutus dari NU. "Kalau pergantian ketua di struktur NU sifatnya sementara. Sedangkan penguatan keagamaan di Papua sangat penting dari itu," ujarnya.

Di Papua Barat tambahnya, pengaruh NU sudah sangat kuat. Entara berasal dari mana, amaliah keagamaan warga pribumi memiliki kesamaan dengan para pendatang, seperti Da'i yang diutus ke Papua. Misalnya, shalatnya juga sudah pakai Qunut dan kegiatan tahlilan serta selamatan, sudah menjadi tradisi yang cukup lama dianut warga, di Papua.

"Kalau warga NU yang ada, tidak dibentengi dengan faham Aswaja, mereka bisa terpengaruh dengan adanya paham-paham lain. Saat ini, di Papua masih belum maksimal fasilitas yang menunjang untuk penguatan warga NU. Di beberapa pengurus cabang masih ada yang belum memiliki kantor tetap," akunya.

Bahkan, ada kantor NU yang masih sewa dan ada yang tidak punya sama sekali.

"Harapan saya, PBNU bisa memudahkan cara bagaimana kantor-kantor NU di Papua Barat bisa sama dengan di Jawa dan daerah lainnya. Sehingga tidak ada kesenjangan di tubuh NU," katanya. (sumber)

PWNU Sosialisasikan Pendidikan Aswaja ke Warga Papua

Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Papua akan berupaya menanamkan ajaran-ajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) ala NU di provinsi Papua yang sebagian besar penduduk pribuminya, terutama mereka yang berada di suku pedalaman, masih tergolong asing dengan ajaran tersebut. Demikian kata Sekretaris PWNU, H. Qomari kepada NU Online di Jakarta belum lama ini.

Menurutnya, kalau menengok masjid atau sekolah-sekolah Islam di kota-kota besar di Papua seperti Jayapura, Sorong dan Manokwari, maka sebagian besar jamaahnya dipenuhi oleh para pendatang, sementara kelompok pribumi hanya beberapa saja.<>

“Ini menunjukkan Islam hanya berkembang di perkotaan yang banyak dihuni pendatang sementara di pedalaman, Islam masih belum mengakar. Baru belakangan ini, Islam mulai dikenal oleh kalangan suku di pedalaman Papua,” kata Qomari.

Qomari mengatakan, perkembangan Islam yang mulai dikenal suku pedalaman ini terjadi sejalan dengan pemekaran wilayah, sehingga setiap daerah bisa dijangkau.

“Karena itu, Pengurus Wilayah (NU) sangat aktif membina cabang-cabangnya yang baru terbentuk di Papua. Terlebih, tugas dakwah dan tarbiyah (pendidikan) mereka sangat berat,” lanjutnya.
.
Qomari juga merasa senang bahwa perkembaangan Islam di suku pedalaman ini sangat menggembirakan karena ke depan “Islam dan NU khususnya mulai bisa dipegang oleh putera daerah bukan orang rantau seperti yang terjadi selama ini.”

Cita-cita ini, tambah Qomari, akan berjalan kalau pengurus NU di tingkat wilayah, cabang hingga anak cabang bisa bekerja kompak. Sebab kepengurusan yang dipegang para rantau ini menghadapi banyak masalah, terutama regenerasinya.

Pihaknya membeberkan, masalah itu bisa diamati dengan banyaknya pengurus NU yang sudah memasuki masa senja pada “kembali ke kampung halaman mereka di luar Papua, sehingga keterlibatan mereka kurang tuntas.”

Qomari berharap, kepengurusan NU ke depan sudah bisa dipegang oleh putra daerah agar tidak mengalami diskontinuitas. Demikian juga, jangkauan dan perhatian mereka terhadap persoalan yang berkembang di Papua akan jauh lebih baik.

“Namun langkah ini perlu waktu lama, mereka msih perlu pembinaan dan pendampingan yang tersu-menerus,” kata Qomari, yang menambahkan agar PBNU atau Departemen agama bisa membantu pembangunan lembaga pendidikan terutama pesantren agar pengetahuan dan pengalaman bisa disampaikan kepada masyarakat asli Papua, sehingga apa yang dicita-citakan itu berhasil dengan baik.

Qomari mengatakan, Papua dengan masyarakatnya yang plural dan cenderung multi-etnis dan kultural ini “paling pas dan sangat cocok” dengan prinsip-prinsip dasar NU seperti, menjaga keseimbangan (tawazun), moderat (tawasuth), dan toleran (tasamuh). Semoga suara adzan akan selalu bergema di propinsi, tempat matahari terbit ini. (sumber)