Breaking News

1200 M: Muslim di Papua

Haji Oea Saraka di Onin (Fakfak). Foto diambil antara tahun 1890-1900 
Sebut Fakfak, Ingat Pala

TANAMAN Pala yang berkembang di Kabupaten Fakfak saat ini merupakan peninggalan Sultan Tidore (Ternate) sekitar tahun 1200-an atau sebelum Kolonial Belanda menginjakkan kaki di Irian Jaya (Irja). Tanaman rakyat ini dibawa penduduk Tidore (Ternate) yang berdomisili di Fakfak. Ada dua jenis pala, yakni pala Papua dan pala Banda yang berkembang di Fakfak. Pala diolah dalam berbagai keperluan.

Luas daerah kabupaten Fakfak 20.546 km2 terletak di bagian barat daya Irian Jaya, dengan letak sekitar 870 mil laut dari ibu kota Provinsi Irja, Jayapura. Jumlah penduduk Fakfak pada tahun 2000 sebanyak 250.550 jiwa. Tingkat pendapatan asli daerah pada tahun 2000 adalah Rp 950 juta.

Sebagian besar penduduk adalah petani, nelayan, dan pedagang. Mayoritas agama yang dianut adalah 40 persen Muslim dan 60 persen Kristen. Mereka hidup berdampingan satu sama lain. Terdapat sejumlah peninggalan agama Islam yang sangat khas di daerah ini.

Fakfak adalah satu-satunya daerah kabupaten di Irja yang memiliki penduduk Muslim terbesar dibanding kabupaten lain. Kaum Muslim di Fakfak datang dari masa kesultanan Tidore dan Ternate yang berkuasa pada tahun 1200-1400.

Letak Kabupaten Fakfak persis berhadapan dengan wilayah kekuasaan Kesultanan Ternate dan Tidore. Di daerah itu pada masa kesultanan Ternate dan Tidore terdapat berbagai jenis rempah-rempah seperti pala, lada, cengkeh yang terus dikembangkan.

Penduduk Ternate (Tidore) membawa serta sejumlah tradisi, kebiasaan, tradisi menanam, dan berladang ke Fakfak. Di daerah itu, mereka mengembangkan pala sebagai satu-satunya tanaman yang cocok di sekitar wilayah pantai dengan kondisi tanah kapur.

Luas tanaman Pala di Fakfak pada tahun 1996-2000 sebesar 5.705 hektar (ha). Pala ditanam secara turun-temurun, namun jumlahnya sangat terbatas karena pemasaran pun belum luas. Pala hanya diproduksi untuk kebutuhan masyarakat setempat, belum sempat diekspor.

Pala Papua tumbuh di hutan-hutan, lokasi hak ulayat masyarakat. Pala jenis ini merupakan jenis pala asli Papua sedangkan pala Banda dibudidayakan para petani Fakfak. Kualitas pala Banda jauh le-bih baik daripada pala Papua. Karena itu, masyarakat memilih menanam dan mengembangkan pala Banda sebagai warisan kesultanan Tidore da-ripada pala Papua. Apalagi pala Banda sudah terkenal dalam perdagangan internasional sehingga lebih dijamin tingkat kualitasnya.

Kepala Sub Dinas Produksi, Dinas Perkebunan Irian Jaya Ir Ida Bagus Oka di Jayapura, Kamis (15/11), mengatakan, pala di Fakfak sangat diminati para petani. Tetapi, sampai saat ini belum dilakukan ekstensifikasi atau penataan perkebunan pala oleh pemerintah.

"Pala yang ada hanya me-rupakan tanaman rakyat. Sis-tem pengolahan pun masih tradisional. Pemerintah se-dang berupaya mendorong pembudidayaan pala tersebut sehingga setiap daerah kabupaten benar-benar memiliki komoditas unggulan," kata Oka.

Pengembangan komoditas unggulan per kabupaten me-nurut Oka sesuai Surat Ke-putusan Gubernur Irja Nomor 179 Tahun 1996 tentang penetapan komoditas unggulan untuk setiap kabupaten di Irja termasuk bidang perkebunan. Untuk Fakfak, komoditas unggulan adalah pala, yang belum pernah ditemukan di kabupaten lain di Irja.

Dalam rangka mempertahankan komoditas unggulan, Dinas Perkebunan Irja berusaha membangun rumah ashar (asap) pascapanen secara permanen, sehingga masyarakat tidak semata-mata bergantung pada sinar matahari. Dinas Perkebunan juga mendorong petani pala untuk memperbaiki teknologi pengolahan. Misalnya, manisan pala disempurnakan karena selama ini diolah secara tradisional.

"Kalau diolah secara modern, kualitas pala tentu naik dan dengan sendirinya mendongkrak harga pala di pasaran. Dalam rangka ini, Fakfak akan dijadikan sebagai kawasan industri pala untuk Papua," kata Oka.

Ada tiga bagian dari buah pala yang bernilai ekonomis, yakni buah pala (daging) yang dijadikan sebagai manisan dan sirup. Bagian puli (serat halus) yang membungkus biji pala dijadikan kosmetika karena terkenal sangat harum. Biji pala untuk rempah-rempah, bumbu masak, pengharum, kosmetik, minyak pala, bahan pengawet, bahan urut badan dan seterusnya.

Masyarakat telah mengolah sirup dari pala secara tradisional. Namun produksi sirup masih dalam jumlah terbatas karena kemampuan peralatan. Sirup pala diedarkan ke toko-toko di Fakfak dan dijual di dermaga ketiga kapal penumpang milik PT Pelni merapat di Fakfak. Produksi sirup masih sangat terbatas sehingga belum beredar secara luas di Irja.

Dalam rangka otonomi khusus Irja, jelas Oka, Dinas Perkebunan akan menghimpun para pengusaha industri rumah tangga, pembuat sirup pala dan manisan pala lainnya. Produksi tersebut dipasarkan melalui koperasi sehingga dapat dijual secara teratur dan produksi dapat ditingkatkan. Kepentingan petani pala dan pengusaha pala pun dapat dilindungi.

Pala dikembangbiakkan dengan menanam bijinya. Dalam usia lima sampai enam tahun sudah dapat diproduksi, dan dapat hidup antara 20-30 tahun seperti cengkeh. (Kornelis Kewa Amakhayam)